Rabu, 26 Maret 2014

 
           Susu Kacang Kedele atau dalam bahasa ngetrenya Sule adalah minuman yang terbuat dari sari kedelai atau dalam bahasa jepang disebut juga dengan Hanzi, Kedelai, atau kacang kedelai. Jenis kacang-kadangan ini adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe.
          Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
          Tanaman kedelai Sudah dibudidayakan lebih dari 3500 tahun yang lalu di Cina dan telah menyebar ke negara Jepang hingga negara-negara Asia Tenggara, kedelai mengambil masa ribuan tahun untuk tiba di negara-negara Eropa, dan kita telah mengenal kedelai , berkat perdagangan jaman dulu dengan tiongkok dan juga di perkenalkan penjajah belanda sekitar tahun 1910.
          Menurut seorang ahli nutrisi, susu kacang kedelai bukanlah termasuk kategori susu, karena susu adalah cairan yang hanya diproduksi oleh kelenjar susu pada mamalia dan manusia.[1]http://id.wikipedia.org/wiki/Susu_kedelai
            Tingginya polusi     saat ini menjadi ancaman serius bagi tubuh. Terlebih aktivitas yang tinggi terkadang membuat kita memilih makanan instan yang sebenarnya memiliki bahan pengawet.
          Belum lagi kebiasaan mengonsumsi hidangan tinggi lemak juga makanan siap saji dan soft drink berlebih yang dapat menimbulkan ancaman penyakit serius.

Kondisi ini membuat tubuh membutuhkan asupan nutrisi yang tepat untuk menjadi penangkal. Susu kedelai bisa menjadi salah satu alternatif untuk dikonsumsi. Selain memiliki kandungan nutrisi tinggi, susu kedelai juga sangat mudah untuk dibuat.

"Jadi bisa dibilang instan tapi sehat," ujar dokter sekaligus pakar kecantikan Sonia Wibisono dalam peluncuran Joyoung-Soymil Maker, beberapa waktu lalu di Jakarta.
   
 Susu kedelai ataupun olahanya, sebut Soya, memiliki banyak nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh. Susu kedelai memiliki Saponin, antioksidan yang dapat mencegah penuaan dini dan meningkatkan daya tahan tubuh. Susu Kedelai juga memiliki  berbagai macam manfaat dan kegunaan diantaranya :
 
1. mengandung protein lebih tinggi dibandingkan telur dan keju
2. rendah lemak 
3. mencegah tekanan darah tinggi karena mengandung steroid, potasium, magnesium yang merupakan zat untuk memerangi natrium yang menjadi biang penyebab hipertensi.
4. kandungan Plant Protein yang dapat menjaga berat badan stabil, mencegah penyakit jantung dan menyuburkan rambut.
5. Menjaga berat badan
Kandungan serat yang tinggi pada kedelai sebagai alat untuk manajemen (mengatur) berat badan. Ini adalah indeks glisemik rendah (GI) makanan yang mengatur gula darah dan fluktuasi insulin. Sehingga dapat membantu mengontrol rasa lapar. Hal ini akan sangat membantu Anda dalam proses penurunan berat badan.

sumber : 
1. http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/kuliner/13/09/27/mtrufr-kalahkan-susu-sapi-dan-kedelai-ini-dia-susu-terbaik
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Susu_kedelai
3. http://jasajakarta.com/suplier-soyaku-78-minuman-sehat-segar-dan-nikmat.html
4. http://manfaatdankandungan.blogspot.com/2013/06/kandungan-dan-manfaat-kedelai.html  
5. http://p2tel.or.id

Continue Reading →

Sabtu, 22 Maret 2014



Kesenian Wayang Kulit merupakan Seni Pertunjukan  yang menjadi Warisan Seni Budaya Indonesia yang paling menonjol diantara Warisan Budaya lainnya yang ada di Indonesia, Kesenian asli Pulau Jawa ini bisa dikatakan telah mewakili hampir semua bidang Seni yang di gelar dalam satu pertunjukan, diantaranya Seni Peran, Seni Musik, Seni Rupa serta Sastra. Wayang kulit adalah Kesenian Indonesia yang sangat tua yang telah berusia lebih dari lima abad.
Menurut para ahli Sejarah, Wayang Kulit telah ada di Indonesia jauh sebelum Agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Walaupun cerita wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia.
Penyesuaian konsep filsafat ini juga menyangkut pada pandangan filosofis masyarakat Jawa terhadap kedudukan para dewa dalam pewayangan. Para dewa dalam pewayangan bukan lagi merupakan sesuatu yang bebas dari salah, melainkan seperti juga makhluk Tuhan lainnya, kadang-kadang bertindak keliru, dan bisa jadi khilaf. Hadirnya tokoh panakawan dalam_ pewayangan sengaja diciptakan para budayawan In­donesia (tepatnya budayawan Jawa) untuk mem­perkuat konsep filsafat bahwa di dunia ini tidak ada makhluk yang benar-benar baik, dan yang benar-benar jahat. Setiap makhluk selalu menyandang unsur kebaikan dan kejahatan.
Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak zaman pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata “mawa­yang” dan `aringgit’ yang maksudnya adalah Per­tunjukan Wayang.
Untuk lebih menjawakan Budaya Wayang, sejak awal zaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk pada

Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak saat itulah cerita­cerita Panji; yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber. Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama Islam, di antaranya oleh para Wali Sanga. Mereka mulai mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan.
Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak, mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada pergelaran Wayang Kulit.
Sejak zaman Kartasura, penggubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan mahabarata makin jauh dari aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau Jawa. Dan selanjutnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang pakem. yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem.
Memang, karena begitu kuatnya seni wayang berakar dalam Budaya Bangsa Indonesia, sehingga terjadilah beberapa kerancuan antara cerita wayang, legenda, dan sejarah. Jika orang India beranggapan bahwa kisah Mahabarata serta Ramayana benar-benar terjadi di negerinya, orang Jawa pun menganggap kisah pewayangan benar-benar pernah terjadi di pulau Jawa.
Sunan Kalijaga adalah salah seorang kreator ulung yang mampu memadukan kreasi seni budaya dalam membingkai suatu persembahan budaya yang penuh dengan nilai-nilai dan kreasi yang disesuaikan dengan minat dan kondisi masyarakatnya. Berbekal dengan kearifannya, Sunan Kaljaga mencoba untuk masuk dalam konstruksi filosofi masyarakat dalam kontur budaya yang bernilai agung. Diciptakanlah bentuk ukiran wayang kulit dengan ilustrasi wayang yang mampu menggambarkan sosok dalam sebuah ranah kehidupan manusia. Kreasi wayang kulit yang diciptakannya dipentaskan dengan membangunkan kesadaran para penikmatnya bahwa manusia itu adalah mahluk Tuhan dengan segala kreasi dan perbuatannya akan berkonsekwensi terhadap baik dan buruknya. Dan dengan penuh kearifan Sunan Kalijaga Mencoba mengadopsi dan mengkonstruksi budaya dengan memasukkan nilai-nilai luhur yang dibawanya, dan pada akhirnya pelan namun pasti nampaknya kreasi seni budaya yang diciptakannya mampu mewarnai kontruksi budaya maupun perubahan sosial khususnya konstruksi budaya maupun sosial di Jawa.
Sunan Kalijaga yang menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk dianggap berhasil dan sangat diterima masyarakat. Langkah-langkahnya dengan seni budaya mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari banyak kalangan dari rakyat jelata sampai penguasa pada zamannya.

Continue Reading →

Jumat, 21 Maret 2014



             Arus globalisasi yang seiring dengan perkembangan teknologi, mengubah wajah dunia hari ini. Sehingga, bukan hanya jarak yang terasa dekat, tapi juga sekat-sekat antar kebudayaan dan peradaban semakin tipis.
Dari perkembangan tersebut, interaksi antar kebudayaan semakin intensif. Namun persoalannya, terjadi hegemoni terhadap satu kebudayaan terhadap kebudayaan lainnya. Dengan demikian, terjadi pengikisan terhadap budaya tradisional (folk culture). Parahnya, masyarakat kita mengalami culture shock dimana terjadi kekacauan budaya dari konfrontasi antar budaya.
           Melihat kebudayaan bugis, maka kita akan menemukan nilai-nilai luhur yang begitu tinggi. Akan tetapi disisi lain, kita juga akan menemukan beberapa hal yang sudah tidak relevan lagi. Menjadi pertanyaan bagi kita semua hari ini adalah, bagaimana melakukan pemilahan terhadap kebudayaan kita sehingga hal-hal yang tidak relevan, ditinggalkan dan hal-hal yang masih relevan tetap dipertahankan. Pertanyaan ini juga berlaku untuk kebudayaan asing yang juga harus dipilah. Sehingga kebudayaan asing yang relevan, dapat kita serap dan kebudayaan asing yang tidak relevan dapat kita tolak.
Dapat kita bayangkan bagaimana generasi bugis beberapa puluh tahun kemudian, jika hari ini tidak kita mulai revitalisasi terhadap kebudayaan, sehingga generasi penerus kita akan kehilangan identitas dan orang asinglah yang akan meletakkan identitas itu pada generasi kita.
               Apabila kita kaitkan dengan pendidikan, maka menjadi penting nilai-nilai luhur kebudayaan ditransformasikan kepada generasi muda melalui jalur pendidikan baik formal maupun non formal. Menjadi penting adanya usaha revitalisasi kebudayaan bugis melalui jalur pendidikan formal maupun non formal selain usaha-usaha lainnya. Jika bukan manusia bugis sendiri yang menjaga warisannya, maka tidak ada lagi nilai-nilai luhur yang menjadi identitas dan kepribadian.

Kerangka Kebangsaan
              Jika kita perhadapkan kebudayaan bugis dengan semangat kebangsaan kita, dapat kita katakan bahwa ke-bhineka-an itu kurang diapresiasi. kalau kita tinjau aspek lain dari kebudayaan. Maka hal ini, menjadi niscaya bagi kita saat ini untuk merevitalisasi kebudayaan kita dengan berdasar konsepsi kesejarahan dan konteks kekinian agar generasi muda bugis tidak kehilangan identitas dan mampu duduk sejajar dalam kerangka kebangsaan. Serta, menjadi warga dunia yang siap dengan perkembangan zaman tapi memiliki semangat sebagai bugis dalam kerangka multikulturalisme dan demokrasi.
        Namun persoalan besar bagi kita semua adalah bagaimana membangun keseimbangan antara indentitas kedaerahan dan kebugisan sehingga tidak menciptakan arogansi kedaerahan atau kesukuan yang justru dapat menjadi pemicu konflik. Tapi disisi lain, bukan atas dasar nasionalisme yang kaku sehingga budaya bugis justru terlupakan. Padahal kebudayaan indonesia tersusun dari ratusan suku dan budaya termasuk bugis khususnya bugis.

           Untuk merealisasikan gagasan tersebut, tentu harus mengembangkan metode yang tepat dan melibatkan segenap pihak yang terkait dan bergerak secara sinergis. Dengan adanya keterbukaan di era reformasi ini, membuka peluang bagi kita semua untuk mengangkat kembali “harta karun” manusia bugis yang terpendam dalam naskah klasik yang terlalu disakralkan sehingga tak terbaca, untuk muncul kepermukaan agar dapat ditransformasikan pada generasi selanjutnya.

Sekelumit tentang Budaya

               Kebudayaan lahir dari pengetahuan logika (benar-salah), etika (baik-buruk) dan estetika (indah-jelek) suatu kelompok manusia yang kemudian dibiasakan dari generasi ke generasi. Tiap suku, kaum atau komunitas, membangun kebudayaannya masing-masing selama beberapa generasi.
Kebudayaan bagi suatu masyarakat bukan sekedar sebagai frame of reference yang menjadi pedoman tingkah laku dalam berbagai praktik sosial, tetapi lebih sebagai “barang” atau materi yang berguna dalam proses identifikasi diri dan kelompok. Sebagai kerangka acuan kebudayaan telah merupakan serangkaian nilai yang disepakati dan yang mengatur bagaimana sesuatu yang bersifat ideal diwujudkan.
Kebudayaan ini berkembang sebagai hasil interaksi manusia dengan sesama manusia, dengan alam sekitar dan dengan penciptanya (perkecualian untuk budaya materialisme barat yang tidak berurusan dengan tuhan). Budaya bugis berakar dari konsep ketuhanannya, yang kemudian diturunkan pada konsepsi kosmologi semesta yang terdiri dari tiga alam botinglangi, ale kawa, buri’ liu. Dari sini kemudian masuk pada falsafah sulapa eppa. Kemudian masuk pada nilai-nilai, norma atau sering disebut pangadereng). Lebih lanjut lagi, maka kita akan sampai pada kesenian dan kebudayaan material, dan setelah islamisasi pada abad 17, terjadi akulturasi antara budaya lokal dengan ajaran islam.
                 Manusia bugis, selain memiliki tradisi lisan juga memiliki tradisi tulis. Adanya aksara lontara menjadi bukti bahwa manusia bugis memiliki kebesaran. Karena tidak semua suku atau kebudayaan memiliki aksara tersendiri. Karya tulis manusia bugis dahulu bukan hanya berkaitan dengan silsilah, tapi juga kronologi, astronomi/ramalan, naskah pertanian dan sebagainya. Bahkan, kita memiliki epos terbesar didunia sebagai warisan kita. Sangat disayangkan jika anak-anak kita lebih mengenal tokoh kartun seperti naruto, batman dan sebagainya ketimbang mengenal kisah meong palo karellae. Bahkan banyak anak-anak kita yang kurang mengenal keluarga dan sahabat nabinya dan lebih mengenal penyanyi dangdut atau artis sinetron dan peserta indonesia mencari bakat. Sementara budaya bugis tengah terkikis oleh budaya asing, minat untuk melestarikan budaya generasi muda sangat kurang. Budaya bugis diambang kehancuran, jika semua pihak tidak segera bersama-sama bekerja sesuai porsi masing-masing untuk menjaga aset budaya. Banyak nilai-nilai kebudayaan bugis yang relevan untuk ditransformasikan untuk generasi muda. Sebagai contoh, konsepsi siri’ na pesse atau konsepsi kepemimpinan sangat relevan untuk kembali dihidupkan. Konsep dalam berinteraksi (sipakatau, sipalebbi, sipakainge) yang melahirkan konsep (mappasitinaja) juga masih relevan. Pertanyaan terbesar kita hari ini adalah bagimana mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan sehingga lahir generasi manusia bugis yang tanggap terhadap perkembangan zaman tapi tidak kehilangan identitas dan nilai kebugisannya?.

 Pentingnya Pembangunan Sektor Pendidikan

               Pendidikan untuk memanusiakan manusia secara filosofis dan mencerdaskan kehidupan bangsa secara normatif. Sebagai sebuah proses, tentu tidak dilihat hasilnya dalam waktu singkat. Pendidikan adalah investasi jangka panjang bagi sebuah bangsa. Berhasil tidaknya proses pendidikan akan mempengaruhi martabat bangsa dimata bangsa lainnya. Sebelum reformasi, pendidikan kita adalah proses penyeragaman cara berpikir. Tumbangnya rezim orde baru 1998 membawa berkah di sektor pendidikan. Materi dan metode pengajaran untuk anak didik lebih cerdas. Bahkan, dengan adanya kurikulum muatan lokal, peluang anak bangsa yang jauh dari pusat kekuasaan, dapat mengelola sendiri bahan pengajarannya. Sehingga menjadi peluang untuk proses transformasi nilai-nilai kebudayaan dan kesejarahan khususnya bugis.
Revitalisasi kebudayaan dan kesejarahan tentu kita tidak bebankan hanya pada sektor pendidikan formal dengan penjenjangannya (pendidikan dasar, menengah dan tinggi) semata. Tapi juga pendidikan informal dan non formal. Disinilah pentingnya agar semua pihak dapat bekerja sama dan bersinergi untuk merevitalisasi kebudayaan maupun kesenian. Di lain sisi pihak pengambil kebijakan sehubungan dengan pendidikan dapat mentransformasikan nilai-nilai tersebut melalui pendidikan formal. Pendidikan mengenai kebudayaan maupun kesenian nantinya harus menyelaraskan materinya dengan perkembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik kepada peserta didik dengan tetap memperhatikan aturan-aturan yang ada.
            Agar lebih efektif, selayaknya pendidikan diarahkan pada perkembangan kecerdasan spiritual. Sehingga nilai-nilai kebudayaan tidak sekedar menjadi pengetahuan kognitif bagi peserta didik. Untuk menyelaraskan antara kebudayaan bugis dengan pembangunan generasi muda bugis sektor pendidikan pada aspek intelektual yang berkaitan dengan spiritual, adalah hal yang tidak mudah. Perlu kerja keras berbagai pihak yang ada untuk bekerjasama dan mulai berbuat untuk masa depan bugis.
Dengan demikian, upaya ini tidak hanya sekedar romantisme semu akan besarnya sejarah, seni dan budaya yang tak lama lagi hilang ditelan arus budaya konsumerisme. Akan tetapi transformasi nilai dan penerapannya menjadi proses pembentukan manusia bugis yang siap menghadapi era global tanpa harus kehilangan identitas .

Continue Reading →

Selasa, 11 Maret 2014

Para Warga sedang memeriksa dan
 mengambil air dalam sumur panas

          Berita heboh datan dari sebuah rumah seorang warga di  Dukuh Pakel, Purwosari, Tlogowungu Pati yang di hebohkan dengan penemuan air dengan suhu panas. Sumur tersebut terletak di rumahnya sendiri, namun statusnya sumur tersebut tidak digunakan dalam kesehariannya dan hanya dibiarkan. dan ketika tidak sengaja pemilik rumah mencium bau panas dan kemudian mengambil air didalam sumur dan ternyata airnya benar - benar panas setelah sekian lama sumur tersebut tidak digunakan. Pemilik rumah kemudian memberitahukan kepada tetangga sekitar atas Penemuan sumur Ρanas tersebut membuat penasaran warga lain, mereka berbondong-bondong mendatangi sumur Ρanass tersebut untuk melihat secara langsung dan memastikan kebenarannya.

          Kebenaran berita tersebut tidak hanya omong doang namun benar adanya. para warga dan pemerintah desa setempat melaporkan hal ini kepada Badan meteorologi dan Geofisika, ada juga yang mengambil airnya hanya untuk dikonsumsi dan dibuat mandi. Sementara itu Kepala Desa atas saran Polsek Tlogowungu, penemuan tersebut segera dilaporkan ke Badan Meteorolgi dan Geofisika agar diteliti lebih lanjut.

          Subhanallah ternyata banyak rahasia alam semesta ini yang tidak kita ketahui yang berada di sekitar kita yang terkadang tidak kita ketahui.. Mari kita semua menjaga Alam semesta dan ikut serta melestarikannya dikarenakan itu merupakan ajaran dari Rasulullah SAW.. untuk menjaga hubungan baik dengan alam semesta.. Wallahu a'lam
       

Continue Reading →

Sabtu, 01 Maret 2014

         
Dunia Pendidikan dalam ranah Islam merupakan pendidikan yang berupaya untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik dalam potensi - potensi secara jasmani, rohani dan akal. Dengan mengoptimalkan potensi secara keseluruhan, pendidikan islam berusaha mengantarkan peserta didik ke arah kedewasaan berfikir dan kepribadian dengaerdapatn memiliki iman dan bertaqwa. ajaran agama islam yang bersifat universal, meliputi segala aspek kehidupan manusia, tatanan kehidupan, dari segi ibadah - muamalah, pendidikan budi pekerti (akhlakul karimah), pendidikan bidang kehidupan sosial dimana suri tauladan itu banyak di contohkan melalui keseharian  dan amalan dari Rasulullah Muhammad SAW juga yang terdapat di dalam Al-Qur'an. 
                terdapat beberapa materi pendidikan Islam yang kudu di ajarkan pada anak - anak . materi yang pertama adalah 

1. Aqidah. berasal dari kata aqad yang artinya janji atau ikatan. ikatan itu dikaitkan dengan janji manusia sesuai dengan fitrah manusia untuk mengakui dan mengikuti ajaran agama Allah yang dimulai dengan mengucapkan dua kalimat syahadat (pengakuan bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah). dari situlah sebagai seorang muslim harus digunakan sebagai landasan pondasi awal beragama. Aqidah merupakan ajaran pertama yang diserukan oleh Rasulullah SAW. ketka beliau pertama kali diutus aqidah memiliki enam pokok

2. Syari'ah. yang kedua yang harus ada adalah materi syari'ah, Syari'ah adalah hukum hukum Allah yang menjadi landasan dalam beragama. yang berisi hukum-hukum Allah yang bersifat 

  • Wajib (harus dilakukan bila tidak mendapat dosa) 
  • Sunnah (dianjurkan untuk dilaksanakan bila tdk dilaksanakan tidak apa2)
  • Makruh (dianjurkan untuk ditinggalkan)
  • Mubah (boleh dilaksanakan atau tidak)

                    Ruang lingkup Syari'ah terdiri dari tata hubungan dengan Allah (ibadah) dan tata hubungan sesama manusia dan alam (mu'amalah)

3. Akhlak. kata akhlak berasal dari bahasa Arab "khuluqun" yang dalam bahasa Indonesia berarti budi pekerti, tingkah laku, tabiat. Khuluqu ada hubungannya dengan kejadian alam dan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti hasil ciptaan. akhlak sebagai tata cara berbuat atau tata aturan tidak hanya mengatur hubungan antara manusia akan tetapi memuat aturan terhadap alam semesta dan makhluk hidup lain. Tata aturan dan tingkah laku itu berasal dari Allah pencipta alam semesta. Al-Qur'an sebagai sumber akhlak dan Nabi Muhammad SAW sebagai personifikasi dari wujud akhlak yang dikehendaki oleh Allah SWT.

          Islam bukan hanya sebagai Agama samawi yang berisi mengenai ibadah saja namun lebih daripada itu juga mengatur hukum-hukum, aturan-aturan dan juga terdapat pendidikan yang bersumber dari Al-Qur'an dan Al Hadist.

       



Continue Reading →

Sabtu, 22 Februari 2014

Cakra Manusia Dan Fungsinya



                         Cakra adalah titik pusat energi yang ada di dalam tubuh bioplasmik manusia. Pengetahuan tentang cakra ini sebenarnya berasal dari timur. Negara-negara barat termasuk Eropah pada awalnya tidak menganut keyakinan ini, dengan kata lain mereka tidak percaya dengan adanya cakra. Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, baik di bidang kesehatan, kedoktoran moden atau bela diri, orang – orang barat mulai banyak yang setuju dengan konsep adanya titik cakra dalam tubuh manusia. Bahkan, mereka sudah menciptakan alat yang dapat melihat cakra dalam waktu yang sangat singkat. Cakra tidak lagi dilihat secara mata batin, tetapi benar-benar muncul dalam olah digital.

                      Cakra tidak terlihat dalam tubuh fisik. Kalau tubuh manusia dibedah, anda tidak akan menemukan bagian cakra. Mengapa ? Karena cakra letaknya ada pada tubuh bioplasmik. Tubuh bioplasmik adalah cetakan tubuh fisik manusia, yang benar-benar menyerupai tubuh fisik. Ada kepala, lengan, kaki, badan, dan sebagainya. Disebut bio karena hidup, dan plasmik berasal dari istilah plasma.. Plasma disini tidak sama dengan plasma darah. Plasma adalah istilah untuk menyebut bahan keempat dalam pembentukan suatu unsur fisika, selain padat, cair, dan gas. Wujud tubuh bioplasmik itulah yang muncul ke permukaan tubuh fisik manusia, dan kemudian disebut dengan aura.

Diyakini ada 365 titik cakra dalam tubuh manusia dapat dilihat di sini

Continue Reading →

Jumat, 21 Februari 2014

Potret birokrasi di Indonesia secara umum masih sangat jauh dari harapan masyarakat. Indikasi kinerja birokrasi dari beberapa survei menunjukkan semangat melayani dan mengutamakan kepentingan masyarakat amat buruk. Bahkan selentingan dan nyanyian “kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah, kalau bisa diperlama mengapa mesti dipercepat, dan kalau bisa bayar kenapa harus gratis” menjadi warna dan wajah pemerintahan di republik ini. Potret buram birokrasi yang demikian tidak lepas dari proses awal rekrutmen, proses pembekalan, sistem dan tata kelola pemerintahan, etos dan budaya kerja serta minimnya tauladan kepemimpinan.
Sebagaimana disampaikan Ermaya Suradinata, bahwa Pemerintah adalah lembaga atau badan-badan politik yang mempunyai fungsi melakukan upaya untuk mencapai tujuan negara. Pemerintahan adalah semua kegiatan lembaga atau badan-badan publik tersebut dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan negara. Tujuan dan amanat negara sangatlah jelas sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Negara melalui sistem pemerintahan yang diciptakan harus hadir melindungi dan melayani masyarakatnya. Fungsi-fungsi pelayanan sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang baik mutlak untuk dilaksanakan. Aparat pemerintahan yang dibayar dan digaji dari uang rakyat. Rakyat dibebani dengan berbagai pungutan seperti pajak, baik bumi bangunan, penghasilan, usaha, kendaraan dan barang lainnya serta berbagai tarikan lain. Ketika rakyat sebagai pemegang saham republik ini sudah sadar akan kewajibannya, lalu benarkah rakyat telah mendapatkan haknya? Akankah para birokrat, dan pejabat yang mendapat amanah tersebut sadar akan posisi dan tanggung jawabnya? Lalu bagaimana Kabupaten Pati saat ini, apakah sedang berupaya bertransformasi diri menjadi Pemerintahan bersih atau tenggelam dalam arus dan budaya birokrasi yang carut marut.
Semangat menata birokrasi lihat disini

Continue Reading →